Kapan
usai bermain, hujan~
Tidak
asing lagi bukan lirik lagu diatas? Yep! Musim hujan begini memang asyik jika
kita bermain hujan bukan?
Eh
tapi, hati-hati loh. Banyak berita beredar mengenai air hujan mengandung bakteri.
Apakah ini benar? Cus kita cari tahu bareng!
Dilansir
dari klikdokter.com, ternyata air hujan mengandung berbagai macam kuman dan
kotoran loh! Banyak studi yang sudah menjelaskan jika komposisi kimiawi air
hujan yang jatuh ke bumi secara langsung maupun melalui perantara seperti atap
rumah dan daun pepohonan memiliki potensi besar unrtuk terkontaminasi oleh
spora, bakteri, jamur, bahan kimia, debris, dan polutan kimia.
Studi
yang dilakukan oleh Evans CA dkk menyatakan jika air hujan memiliki jumlah
rata-rata kuman sebanyak 1362 bakteri persampel air hujan. Salah satu bakteri
yang ditemukan dalam air hujan ini yaitu Coliform (bakteri yang berasal
dari feses atau kotoran). Selain itu, ditemukan juga bakteri yang bersifat
airborne pada air hujan. Bakteri ini diperkirakan dapat tercampur dengan air
hujan dikarenakan adanya angin ketika hujan yang juga membawa bakteri-bakteri
ini.
Air
hujan sendiri merupakan air yang terdapat di permukaan bumi yang menguap karena
panas dan kemudian mengembara di udara. Pada waktu mengembara di udara, uap air
ini kemudian tercampur oleh banyak sekali gas-gas seperti gas oksigen,
nitrogen, karbondioksida, debu, serta senyawa lain. Selain tercampur, uap air
juga melarutkan senyawa-senyawa ini. Dari sinilah air hujan mengandung debu,
bakteri, serta berbagai senyawa yang ada di udara. Bisa dibilang kalau kualitas
air hujan banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
Untuk
membuktikan hal ini, air hujan yang jatuh di perdesaan dan perkotaan akan
memiliki kualitas yang berbeda satu sama lain. Air hujan yang jatuh di daerah
perkotaan dan industri akan masuk ke udara yang banyak mengandung debu dan
mungkin mengandung beberapa spora mikroba. Jadi, sebelum air hujan dimasukkan
ke dalam tangki, terlebih dahulu harus disaring melalui saringan yang terbuat
dari kerikil dan pasir. Dan kualitasnya akan lebih baik jika air tersebut
kemudian digunakan dengan desinfektan (klorin) untuk membunuh bakteri
berbahaya.
Tapi,
ada ga sih yang kepikiran dengan kalimat “Bakteri bisa membuat hujan ga sih?”
Kebetulan,
aku tahu nih jawabannya. Dilansir dari tecno,tempo.co kalau ternyata ada loh
peran bakteri dalam pemicu hujan. Para peneliti sebelumnya percaya bahwa
senyawa kimia atau mineral lain di awan bertanggung jawab atas hujan, salju,
atau badai es. Tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa bakteri, bahkan
jamur, diatom, dan ganggang, juga dapat menyebabkan hujan. Studi tentang
fenomena ini disebut biopresipitasi.
"Mineral
itu sebelumnya dianggap sebagai zat utama di atmosfer yang menyebabkan
hujan," kata Brent Christner, ahli mikrobiologi yang mempelajari
biopresipitasi di Louisiana State University.
Namun
pada kenyataannya, mineral tidak bertindak seperti bakteri. Christner
mengatakan kepada LiveScience mineral untuk membentuk inti es, kristal es di
sekitar awan, partikel air yang lebih dingin dari biasanya di awan. Dia
menambahkan bahwa bakteri dan makhluk hidup lain di sekitar awan juga dapat
menyebabkan hujan, salju, atau badai es.
Michaud
mengambil batu seukuran bola golf setelah badai es yang parah melanda Montana
Juni lalu. Dia kemudian membagi es krim menjadi empat bagian. Anehnya, ia
menemukan bahwa jumlah bakteri terbesar ada di inti massa es.
“Bakteri
ada di es sebelum es berubah menjadi badai,” kata Michaud. "Ini
menunjukkan bahwa agen penyebab pembentukan es adalah bakteri atau partikel
biologis lainnya." Dengan menentukan suhu di mana badai es terbentuk, tim
menemukan bahwa bakteri yang menyebabkan es terbentuk pada suhu yang lebih
hangat dari biasanya.
Sebelumnya,
tim yang dipimpin Christner telah menemukan bahwa spesies tumbuhan Psuedomonas
syringae berperan penting dalam pembentukan salju di seluruh dunia, termasuk di
Antartika. Patogen diketahui sangat efektif membentuk es pada suhu di bawah
normal. Bakteri dilengkapi dengan zat khusus yang mampu mengikat molekul air.
Selain itu, bakteri dengan mudah membentuk partikel es.
Lalu,
dengan begitu, kita kembali lagi pada permasalahan bakteri yang terbawa oleh
air hujan apakah bisa membahayakan?
Bakteri
pasti terdapat dalam hujan karena bakteri berperan penting dalam penguraian
berbagai bahan organik (berasal dari organisme hidup) seperti daun, pohon dan
lain-lain. Jadi tentu saja akan di air hujan baik dengan paparan langsung atau
oleh angin. Hal ini dikarenakan tidak semua bakteri dalam air hujan dapat
menyebabkan penyakit, tetapi jika terkontaminasi dengan feses maka air hujan
akan terkontaminasi oleh bakteri Coliform.
Selain
kandungan air hujan, risiko kesehatan juga berlaku bagi masyarakat yang masih
bergantung pada tangki air hujan untuk kehidupan sehari-hari. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya pemahaman tentang kandungan mikroba pada
air hujan. Jika air hujan digunakan untuk keperluan minum atau pengolahan
makanan, ini akan menjadi masalah. Oleh karena itu, perlu membersihkan tubuh
secara menyeluruh dan menyeluruh setelah terkena air hujan, menggunakan air
bersih dan sabun. Hindari menggunakan air hujan, terutama air dari atap, untuk
minum atau memasak. Meskipun hal ini tampak jelas, ternyata air hujan juga sangat
rentan terhadap kontaminasi bakteri dan kuman lainnya.
Sumber:
https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/kandungan-kuman-yang-terbawa-oleh-air-hujan
https://tekno.tempo.co/read/336842/bakteri-pemicu-hujan
EmoticonEmoticon