5 Sifat Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari

Sifat-Sifat Koloid
Koloid mempunyai sifat-sifat yang khas, seperti efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, elektroforesis, koagulasi. Berikut ini penjelasan tentang sifat-sifat koloid:

1. Efek Tyndall
Sebagian besar sistem koloid terlihat keruh, tetapi ada beberapa koloid yang tampak bening seperti larutan. Bagaimana cara membedakan larutan sejati dengan koloid?

Salah satu cara yang termudah untuk membedakan larutan sejati dan koloid adalah dengan menjatuhkan seberkas cahaya kepada objek tersebut. Larutan sejati akan meneruskan cahaya, sedangkan sistem koloid akan menghamburkan cahaya.

EfekTyndall

Sifat koloid tersebut dinamakan efek Tyndall. Jadi, Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid sehingga tampak lintasan berkas sinar tersebut. Peristiwa penghamburan ini terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai ukuran yang cocok untuk ditembus oleh cahaya. Sifat ini disebut dengan efek Tyndall karena sifat penghamburan cahaya oleh koloid pertama kali ditemukan oleh John Tyndall, seorang ahli fisika asal Inggris.

                            Efek Tyndall

Meskipun terdengar cukup asing gejala efek Tyndall sering kita dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya berkas sinar dari proyektor film di bioskop dan berkas cahaya Iampu mobil pada malam yang berkabut.
Contoh lainnya adalah cahaya matahari yang masuk rumah melewati celah akan terlihat jelas. Hal itu dikarenakan partikel debu yang berukuran koloid akan menghamburkan sinar yang datang.

Efek Tyndall
Langit pada siang Hari berwarna biru

Efek Tyndall
Langit pada sore hari berwarna orange kemerah-kemerahan

Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama.

Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi (warna biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah) lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah.

2. Gerak Brown
Jika diamati menggunakan mikroskop ultra, maka partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya kecil sesuai dengan sifatnya yang menghamburkan cahaya. Jika pergerakan partikel ini diikuti, maka partikel senantiasa bergerak bergerak lurus dan arahnya tidak menentu atau juga biasa disebut dengan gerakan zig-zag. Gerakan acak dari partikel koloid disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya yaitu seorang ahli botani Inggris, Robert Brown. Dengan gerakan ini, partikel koloid dapat mengatasi pengaruh gaya gravitasi sehingga tidak akan memisahkan diri dari medium pendispersinya meskipun didiamkan.

Apa yang menyebabkan gerak Brown bisa terjadi? Pada dasarnya, partikel-partikel semua zat selalu bergerak. Gerakan ini bisa berupa gerakan acak untuk partikel-partikel

Gerak Brown


zat cair dan gas, sedangkan partikel-partikel zat padat hanya bervibrasi di tempat. Untuk sistem koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikelnya akan mengakibatkan tumbukan antara partikel-partikel itu dengan partikel-partikel medium pendispersi. Tumbukan tersebut terjadi dari segala arah. Dengan ukuran partikel yang cenderung kecil, tumbukan-tumbukan itu menghasilkan resultan tumbukan yang tidak seimbang. Hal itu menyebabkan perubahan arah partikel koloid sehingga gerakannya acak.

3. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses penyerapan permukaan. Hal ini dapat terjadi karena partikel koloid mempunyai permukaan yang luas, sehingga partikel-partikel yang teradsorpsi terkonsentrasi pada permukaan partikel koloid. Partikel koloid (terutama koloid sol), baik partikel netral maupun partikel bermuatan, mempunyai daya adsorpsi yang baik terhadap partikel-partikel pendispersi pada permukaannya.
 Daya adsorpsi partikel koloid Iebih besar dibanding daya adsorpsi partikel larutan sejati. Hal ini disebabkan permukaan partikel koloid lebih luas dibanding partikel larutan sejati. Apabila partikel koloid menyerap ion, partikel itu bermuatan listrik

Proses-proses yang memanfaatkan sifat adsorpsi koloid antara lain:
a. Proses penjernihan air
Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas (Al2(SO4)3) pada air. Di dalam air, Al2(SO4)3 akan terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang merupakan koloid. Koloid ini dapat mengadsorpsi zat pencemar dalam air serta dapat menggumpalkan lumpur.
b. Pada proses pemurnian gula pasir.
Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas kemudian dialirkan melewati sistem koloid yaitu tanah diatom. Akibatnya, kotoran yang terdapat pada gula akan teradsorpsi sehingga didapatkan gula yang putih bersih.
c. Pada deodoran dan anti perspiran (zat anti keringat).
Anti perspiran mengandung senyawa aluminium seperti aluminium klorohidrat (Al2(OH)5Cl.2H2O) yang dapat memperkecil pori keringat. Sedangkan, deodoran mengandung seng peroksida, parfum, dan zat anti septik yang dapat menghentikan aktivitas bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak sedap.

4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Fenomena elektroforesis ini digunakan untuk menentukan muatan listrik dari partikel koloid.
Jika ke dalam suatu sistem koloid dimasukkan sepasang elektrode dan diberi arus searah (DC), maka akan terlihat pergerakan partikel tersebut. Karena koloid mempunyai muatan listrik, maka partikel koloid akan bergerak dalam medan listrik.  Partikel koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke kutub negatif (katode) sedangkan partikel koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke kutub positif (anode).

Elektroforesis
5. Koagulasi
koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid. Dengan adanya gaya gravitasi, maka gumpalan itu akan mengendap. Bagaimana proses koagulasi dapat terjadi? proses koagulasi dapat terjadi apabila muatan-muatan partikel koloid hilang. Sehingga untuk mengkoagulasikan koloid kita perlu menghilangkan muatan partikel-partikel koloid tersebut.

 Ada dua cara mengkoagulasikan sistem koloid, yaitu cara mekanik dan cara kimia. Cara mekanik dapat dilakukan dengan pemanasan, pendinginan, atau pengadukan. Cara kimia dilakukan dengan penambahan zat-zat kimia, misalnya zat elektrolit. Partikel karet dalam lateks dapat dikoagulasikan dengan asam asetat.

Salah satu contoh peristiwa koagulasi adalah terbentuknya delta di muara sungai dan pulau di tengah sungai. Partikel tanah liat dalam air sungai bercampur dengan air laut atau air sungai yang lain akan terjadi koagulasi karena air laut atau air sungai yang lain merupakan suatu elektrolit. Peristiwa koagulasi ini terjadi bertahun-tahun dan akhirnya membentuk pulau kecil atau delta.
koagulasi
delta sungai

Contoh-contoh lain proses koagulasi.
a. Jika sol Fe(OH)3 yang bermuatan positif ditambah sol As2S3 yang bermuatan negatif, maka akan terjadi koagulasi.
b. Sol belerang dan sol perak halida dapat mengalami koagulasi jika dididihkan.
c. Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas pada air.
d. Saat bagian dari tubuh kita mengalami luka maka ion Fe3+ atau Al3+ segera menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi penggumpalan yang menutup luka.

Baca juga
Jenis-jenis Koloid Beserta Contohnya
Perbedaan Koloid Liofil dan Liofob

Soal Latihan
Kumpulan Soal Kimia SMA Kelas 11 Tentang Koloid dan Kunci Jawabannya
Previous
Next Post »