Berdasarkan arah berpindahnya kalor
dalam sistem dan lingkungan, maka reaksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Dikatakan reaksi eksoterm (berasal dari kata eks (keluar) dan therm
(panas)) apabila kalor berpindah dari sistem ke lingkungan, artinya sistem
melepas kalor. Adapun reaksi endoterm terjadi
apabila sistem menyerap kalor atau kalor berpindah dari lingkungan ke sistem.
Reaksi Eksoterm
Reaksi
eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan
pelepasan energi/panas ke lingkungan. Reaksi kimia ketika terjadi dalam suatu
wadah yang terbuka, pada umumnya akan mengalami pertambahan energi atau
kehilangan energi dalam bentuk panas. Jika suatu reaksi yang terjadi dalam
sistem menghasilkan panas, maka terasa panas bila sistem disentuh.
Contoh Reaksi eksoterm adalah reaksi
antara soda api (NaOH) dan asam lambung (HCl), kalau kita pegang wadah
reaksinya akan terasa panas. Panas mengalir antara sistem dan lingkungan sampai
suhu antara keduanya sama.
Di dalam reaksi eksoterm, panas
berpindah dari sistem ke lingkungan, karenanya panas dalam sistem berkurang
sehingga H-nya bertanda negatif. Secara matematis, H dirumuskan
sebagai berikut. H = H hasil reaksi – H pereaksi Karena
hasilnya negatif, berarti H hasil reaksi lebih rendah dari H pereaksi,
dan digambarkan dalam diagram berikut.
Reaksi Endoterm
Ketika reaksi kimia terjadi dimana sistem
menyerap panas, maka proses tersebut disebut reaksi endoterm, ditunjukkan
dengan keadaan sistem yang lebih dingin. Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan penyerapan
kalor/ panas dari lingkungan. Contoh, pada reaksi antara barium oksida dan
ammonium klorida kalau kita pegang wadah akan terasa dingin, karena adanya
aliran kalor dari lingkungan ke sistem.
Dalam reaksi ini, sistem menyerap
kalor dari lingkungan sehingga harga entalpi reaksinya bertambah besar dan H-nya
berharga positif, atau H hasil reaksi– H pereaksi > 0. Karena
hasilnya positif, berarti H hasil reaksi lebih tinggi dari H reaksi,
EmoticonEmoticon