Halo Spotters!
Diabetes merupakan salah satu
penyakit yang familiar dan sering kita dengar. Tapi tahukah kamu kalau ada dua
tipe diabetes? Lalu apa perbedaan keduanya? Yuk, gas langsung kita bahas!
Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 (DM 1) adalah penyakit autoimun
kronis yang menyebabkan kegagalan
sel pankreas dalam memproduksi insulin. DM 1 mewakili sekitar 10% dari semua kasus
diabetes dan terjadi pada
sekitar 20
juta orang di seluruh dunia. Diabetes
ini dapat mempengaruhi semua kelompok umur meski sebagian besar didiagnosis
pada usia sekitar 4 sampai 5 tahun, atau pada usia remaja dan dewasa awal. Angka kejadian DM 1 terus meningkat [1].
Data International
Diabetes Federation pada tahun 2019 menunjukkan Indonesia sebagai negara
ke-7 penderita diabetes tertinggi dengan 10,37 juta kasus diabetes [2]. Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia
Tenggara yang masuk ke dalam daftar 10 negara dengan penderita diabetes
tertinggi loh, Spotters.
Mekanisme Diabetes Melitus Tipe 1
Saat kita
mengonsumsi gula atau karbohidrat, gula dalam darah akan naik. Pada kondisi
tersebut, sel beta pankreas akan mengeluarkan insulin, hormon
yang berfungsi mengubah gula darah menjadi gula simpanan dalam hati yang
disebut glikogen. Sayangnya, penderita DM 1 menderita gangguan yang
menyebabkan insulin tidak dapat diproduksi sedangkan gula dalam darah yang
berlebih akan berbahaya bagi tubuh. Oleh karena itu, penderita DM 1 harus
mendapatkan suntikan insulin [3].
Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 (DM 2) merupakan diabetes yang berkontribusi setidaknya 90% dari semua
kasus diabetes melitus. Angka
kejadian DM 2 diprediksi jauh lebih besar di negara berkembang
dibandingkan negara maju (69 berbanding 20%). Di negara berkembang, DM 2 biasanya terjadi pada orang
berusia 40 hingga 60 tahun (usia
produktif) paling terpengaruh [4].
Peningkatan DM 2 memiliki hubungan erat dengan perubahan gaya
hidup dengan diet yang tinggi
namun aktivitas fisik yang rendah. Orang dengan kelebihan berat badan dan
obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap DM 2 [5].
Beberapa faktor
yang dapat meningkatkan risiko DM 2 adalah penuaan, obesitas, konsumsi
energi yang tidak mencukupi, minum alkohol, merokok, dan gaya hidup tidak sehat lainnya. Penurunan massa otot mampu menginduksi resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi di mana
tubuh sudah tidak merespon terhadap pengeluaran insulin. Artinya, insulin
berkeliling dalam tubuh namun tidak bisa masuk ke dalam sel untuk mengubah
glukosa menjadi energi atau glikogen [1].
Mekanisme Diabetes Melitus Tipe 2
Pada dasarnya DM 2
diawali dengan tingginya gula darah secara drastis yang mendorong pankreas
untuk terus menerus mengeluarkan insulin. Sayangnya, semakin banyak insulin
yang dikeluarkan justru dapat mengarah pada resistens insulin. Glukosa tidak
dapat masuk ke dalam sel karena tidak diubah menjadi energi sehingga terus
menumpuk dalam pembuluh darah. Hal ini yang akan berujung pada DM 2 [2].
Pengobatan Diabetes Sesuai Tipenya
Pada dasarnya,
diabetes dapat diatasi sesuai tipenya. Menurut World Health Organization (WHO),
penderita DM 1 dapat diatasi dengan pemberian insulin untuk menunjang
kehidupannya. Sementara itu, tipe diabetes lainnya cukup diberikan insulin pada
keadaan tertentu yang mengharuskan pengendalian kadar gula darah [6].
Tahukah Kamu?
Diabetes
Pada Ibu Hamil
Spotters, kalo liat tabel di atas rasanya ada istilah
yang belum kita bahas ya? Yup! Gestational Diabetes atau Diabetes
Gestasional. Terus apa sebenarnya kondisi itu? Apa perbedaannya dari DM 1
dan DM 2?
Kehamilan erat hubungannya dengan resistensi insulin sehingga dapat menyebabkan diabetes pada beberapa ibu.
Diabetes gestasional (Gestational
Diabetes Mellitus/GDM) adalah resistensi insulin dan intoleransi glukosa yang dikenali atau terjadi pada masa kehamilan [7].
Mekanisme GDM mirip dengan DM 2. Bayangkan ibu hamil
yang sebelum kehamilan makan untuk satu orang tiba-tiba asupan gizinya
meningkat drastis untuk memenuhi nutrisi bayinya. Hal ini yang menyebabkan
kadar gula tinggi dan pembentukan resistensi insulin yang dimulai
sekitar pertengahan kehamilan dan terus
berkembang
selama trimester ketiga.
Selama hamil, kegiatan fisik ibu juga berkurang sementara asupan kalori
meningkat.
Lalu mengapa dibedakan dari DM 2? Selain diet dan aktivitas fisik, ada beberapa pengaruh
spesifik lainnya. GDM dipengaruhi oleh peningkatan hormon-hormon kehamilan
seperti estrogen,
progesteron, dan kortisol yang
dapat mengganggu keseimbangan insulin. GDM juga dapat terjadi karena insulin
yang disekresikan pankreas ibu tidak cukup untuk mengubah glukosa yang masuk ke
dalam darah apalagi hal ini terjadi terus menerus. Pada
awal kehamilan, sekresi insulin meningkat, sedangkan sensitivitas insulin tidak
berubah. Pada pertengahan kehamilan, sensitivitas insulin mulai menurun dan terus memburuk hingga akhir
trimester ketiga. Oleh karena itu, GDM biasanya berkembang pada akhir trimester
kedua dan menghilang setelah
melahirkan.
Beberapa faktor risiko telah dikaitkan dengan perkembangan GDM seperti obesitas, usia ibu yang lebih
tua, riwayat GDM sebelumnya,
riwayat diabetes keluarga, sindrom ovarium polikistik, hingga kondisi glukosuria persisten. Ibu yang pernah melahirkan bayi besar (berat
lahir ≥4000 g), riwayat abortus berulang, riwayat lahir mati, dan riwayat
hipertensi juga dapat meningatkan
risiko GDM [7].
Sekian ulasan kita tentang serba serbi diabetes
Spotters! Mengingat gaya hidup adalah salah satu penyebab diabetes, jangan lupa
untuk selalu jaga kesehatan ya. Atur pola makan gizi seimbang dan melakukan
aktivitas fisik secara rutin untuk hidup yang lebih bahagia. Stay happy and
keep learning!
Referensi
1. Ozougwu, J.C., et al., The pathogenesis and pathophysiology of type
1 and type 2 diabetes mellitus. Journal of Physiology and Pathophysiology,
2013. 4(4): p. 46-57.
2. Kemenkes RI, InfoDATIN Diabetes Melitus. 2019, Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
3. Raju, S. and B. Raju, Illustrated medical biochemistry 2nd Edition. 2010, New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
4. Shaw, J., R. Sicree, and P. Zimmet, Global estimates of the prevalence of
diabetes for 2010 and 2030. Diabetes Res. Clin. Pract, 2010. 87(4-14).
5. Colagiuri, S., Diabesity; Therapeutic Options. Diabetes Obes. Metab, 2010. 12: p. 463-473.
6. WHO, Classification of Diabetes Mellitus 2019. 2019, Geneva: World Health Organization.
7. Alfadhli, E.M., Gestational diabetes mellitus. Saudi Med J, 2015. 36(4): p. 399-406.
EmoticonEmoticon