5 Faktor yang Memengaruhi Kecepatan Bernapas

Kecepatan Bernapas
Sistem pernapasan tidak terlepas dari pengaturan oleh sistem saraf. Kita dapat menahan napas selama beberapa menit. Namun, kemudian kita akan merasakan dorongan yang sangat kuat untuk menarik napas. Bagian otak yang berperan dalam mengatur pernapasan adalah bagian medula oblongata. Ketika kandungan O2 dalam darah sedikit, medula oblongata akan mengirimkan impuls kepada otot tulang rusuk atau diafragma untuk berkontraksi.
 
Faktor meningkatnya frekuensi pernapasan
huffingtonpost.com
Ketika darah banyak mengandung CO2, pH darah akan mengalami perubahan. Perubahan pH ini dideteksi oleh medula oblongata. Sebagai respons, medula oblongata mengirimkan impuls pada otot tulang rusuk untuk berkontraksi lebih cepat atau lebih pendek sehingga volume rongga dada menjadi lebih besar dan napas menjadi lebih dalam. Dengan demikian, lebih banyak oksigen yang dapat diikat oleh darah dalam kapiler. Selain medula oblongata, bagian lain dari sistem saraf yang ikut mengatur pernapasan adalah bagian pons varoli di otak.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pernapasan

Umumnya laju pernapasan sesuai dengan laju penambahan karbon dioksida dalam darah atau laju pengurangan oksigen dalam darah dan jaringan. Pada keadaan normal manusia mampu bernapas antara 15–18 kali setiap menitnya, frekuensi ini pada setiap orang berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor.
Frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.

1. Umur
Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap frekuensi pernapasan, Anda dapat membandingkan pernapasan antara orang tua dengan anak-anak. Manakah frekuensi pernapasannya yang lebih banyak, orang dewasa ataukah anak-anak?
Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak dibanding orang dewasa. Hal itu disebabkan volume paru-paru yang relatif kecil dan sel-sel tubuh sedang berkembang sehingga membutuhkan banyak oksigen. Orang tua juga memiliki frekuensi napas lebih banyak karena kontraksi otot-otot dada dan diafragma tidak sebaik saat masih muda, sehingga udara pernapasan lebih sedikit.

2. Jenis Kelamin
Frekuensi pernapasan wanita pada umumnya lebih banyak daripada laki-laki. Mengapa bisa demikian? Hal ini disebabkan wanita pada umumnya memiliki volume paru-paru lebih kecil dari laki-laki sehingga frekuensi bernapasnya lebih banyak.

3. Suhu Tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh, semakin cepat frekuensi pernapasannya. Kebutuhan energi dengan suhu tubuh berbanding lurus. Artinya semakin tinggi suhu tubuh, maka kebutuhan energi semakin banyak pula sehingga kebutuhan O2 juga semakin banyak. Hal ini berhubungan erat dengan peningkatan proses metabolisme tubuh.
  
4. Posisi Tubuh
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan. Hal tersebut karena posisi tubuh seseorang akan berpengaruh terhadap kebutuhan energinya.  Pada tubuh yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk menjaga tubuh tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O2 dan diproduksi banyak CO2 . Pada posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat. Pada posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar
sehingga frekuensi pernapasannya juga rendah.

5. Kegiatan Tubuh
Untuk membuktikan pengaruh kegiatan tubuh terhadap frekuensi pernapasan, Anda dapat melakukan perbandingkan antara orang yang bekerja dengan orang yang tidak bekerja. Manakah yang lebih cepat frekuensi bernapasnya?

Orang yang banyak melakukan kegiatan memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan. Oleh karena itu, tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi biologi dan lebih banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan frekuensi pernapasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak. Berarti semakin berat kerjanya maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga frekuensi pernapasannya semakin cepat.
Previous
Next Post »